Dia berharap, buku antologi puisi ini dapat menampilkan keterbukaan Aceh meskipun lanjutnya, menulis Aceh tidak akan pernah selesai.
Dalam diskusi dipandu oleh sastrawan sekaligus Pembina For-JAK, Fikar W Eda, juga menghadirkan narasumber penyair dan penulis buku ‘Doa Ikan Kecil’ Ni Wayan Idayati.
Diskusi ini dibuka dengan pembacaan hikayat tentang Aceh oleh Agus Nuramal alias Agus PMTOH. Kemudian menampilkan testimoni dari beberapa sastrawan dan penyair ternama Indonesia terhadap buku ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki’.
Inisiator sekaligus PO peluncuran buku ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki’, Saifullah S alias Pilo Poly mengatakan, secara pribadi dan kelembagaan For-JAK mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung acara ini.
“Terima kasih kepada sponsor sehingga buku ini akhirnya tercetak bang Nasir Djamil, bang Hamdani Bantasyam, bang Teuku Dedek dan Badan Penghubung Pemerintah Aceh,” kata Pilo yang juga pengurus For-JAK.
Pilo juga menyampaikan hal serupa kepada pihak lainnya, terutama kepada inisiator buku Seperti Belanda lainnya, yakni Murizal Hamzah karena pembuatan buku tersebut awalnya dari diskusi antara dirinya dan jurnalis Aceh tersebut.
“Juga kepada pemateri yang hebat-hebat, Putra Gara, bapak Fachry Ali, dan Mas Kurnia Effendi serta Ni Wayan Idayati dan moderator kita, bang Fikar W Eda,” kata dia.
Terima kasih pula kepada seluruh pembaca puisi antara lain antara lain, Salma Yoga S mewakili Aceh, Raudah Jambak (Sumut), Dheni Kurnia (Riau), Syarifuddin Arifin (Sumut), Rida K. Liamsi (Kepri), Pringadi Abdi Surya (Sumsel), Willy Ana (Bengkulu), Irawan Sandhya Wiraatmadja (DKI Jakarta), D Zawawi Imron (Jawa Timur), Zulfaisal Putera (Kalimantan Selatan), dan Sonsonjan A. Khan (Brunai Darussalam).*** (izal)