Jakarta, Transnews.co.id – Sains, ilmu pengetahuan, dan teknologi merupakan basis dari kemajuan suatu bangsa. Kebijakan suatu negara tanpa mengacu pada science based policy berbasis riset dan teknologi sulit untuk bersaing dalam meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan rakyatnya.
Sebelum 2016, penelitian Indonesia di tingkat regional masih tertinggal dengan negeri jiran. Awal 2021, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menyatakan, publikasi riset Indonesia di antara negara ASEAN berada di urutan kedua sepanjang pada 2016-2020. Meski ada kemajuan dibandingkan periode sebelumnya, pencapaian Indonesia itu masih berada di bawah jumlah total hasil riset yang dipublikasikan Malaysia dalam kurun empat tahun terakhir.
Pada periode 2016 hingga 2020, Indonesia mengalami lonjakan paling tinggi dari posisi sebelumnya yang relatif rendah di tahun 2016. Dari rangking 4, kini di tahun 2020 menjadi nomor satu.
Dari jumlah publikasi riset, perinciannya, artikel jurnal sebanyak 23.607 buah dan conference paper sebanyak 22.906 buah. Dengan demikian, jumlah publikasi ilmiah dalam negeri berjumlah 46.513 buah pada 2020.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek sejak awal selalu mendorong agar para peneliti di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya aktif dalam menerbitkan publikasi dan jurnal ilmiah sebagai tolok ukur kemajuan sains dan riset di Indonesia.
Tidak hanya dari segi kuantitas yang dikejar, soal pengakuan keilmuan para peneliti Indonesia sudah tak diragukan lagi. Terbukti sebanyak 58 ilmuwan asal Indonesia termasuk dalam daftar 2 persen saintis paling berpengaruh di dunia 2021 (Top 2% World Ranking Scientists). Daftar ini dirilis Elsevier BV yang diperbarui tiap tahun.