Daftar tersebut dirilis dalam pemeringkatan yang dilakukan peneliti dari Stanford University, Profesor John Ioannidis bersama Jeroen Baas dan Kevin Boyack yang dipublikasikan pada 20 Oktober 2021. Jumlah peneliti Indonesia mengalami kenaikan tahun ini dibandingkan 2020. Tahun lalu, ada 40 ilmuwan berafiliasi Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut.
Dari 58 peneliti Indonesia yang masuk top rangking dunia itu terdiri dari kalangan perguruan tinggi negeri/swasta, periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan lembaga penelitian lainnya. Dalam World Ranking Scientist yang dipublikasikan Stanford University tersebut, matriks penilaian didasarkan pada basis data lebih dari 100.000 saintis top. Basis data tersebut memuat informasi terstandar tentang sitasi, h-indeks, hm-indeks yang disesuaikan dengan penulisan bersama, serta indikator gabungan.
Saintis diklasifikasikan menjadi 22 bidang dan 176 sub-bidang keilmuan. Data sepanjang karier saintis diperbarui hingga akhir 2020. Pemilihan saintis yang masuk dalam daftar “Top 2% World Ranking Scientists” didasarkan pada posisi 100.000 teratas berdasarkan skor-c (dengan dan tanpa self-citation) atau ranking persentil 2% atau lebih.
Sains untuk Komunitas
Dari 58 peneliti Indonesia tersebut, ada dua periset BRIN yaitu Dr Ratih Pangestuti dan Dr R Tedjo Sasmono. Mereka menorehkan prestasi sebagai sosok yang masuk dalam daftar prestisius saintis teratas dunia tersebut.
Doktor Ratih Pangestuti adalah peneliti dari Balai Bio Industri Laut (BBIL) BRIN. Peraih gelar Doktor bidang Marine Biochemistry dari Pukyong National University Korea Selatan pada 2012 itu banyak menaruh perhatian pada eksplorasi sumber daya laut secara berkelanjutan. Selain aktif sebagai peneliti, Ratih Pangestuti saat ini juga ditugaskan sebagai pelaksana tugas Kepala Kantor BBIL BRIN di Nusa Tenggara Barat dan juga sebagai ketua kelompok penelitian bio industri laut.