TN. ACEH l — Satu lagi, kompilasi puisi yang diterbitkan oleh Komunitas The Gayo Institute (TGI) menjadi titik balik dari rangkaian peristiwa yang ada di Aceh. Buku yang ditulis oleh para penyair nasional asal Provinsi Aceh dan diaspora Aceh ini bertajuk “Antologi Puisi -Introspeksi Memandang Aceh dari Satu Kacamata-”.
Ini sangat menarik, karena terbitnya buku yang menghimpun karya-karya kritis para penulis puisi Aceh adalah merupakan autokritik para penyair kepada kondisi sosial, budaya dan politik Aceh saat ini. Hal tersebut dinyatakan oleh Junaidi M.Sos dan Win Ansar M.Sn dari devisi publikasi dan penerbitan The Gayo Institute (TGI) dalam sebuah obrolan santai beberapa waktu silam diawal Agustus 2024 di salah satu café di Banda Aceh.
“Buku ini menghimpun karya-karya kritis para penulis puisi Aceh dan diaspora Aceh. Merupakan karya autokritik para penyair terhadap kondisi sosial, budaya dan politik Aceh. Terbitnya buku ini juga merupakan karya puisi penyair Aceh modern setelah beberapa dasawarsa,” jelas Junaidi dan Win Ansar.
Pernyataan tersebut sekaligus menyikapi nilai produktivitas para penyair asal Aceh terkait kondisi Aceh dari sudut pandang para penyair (memandang Aceh dari satu kacamata).
Buku yang tebalnya 144 halaman ini disunting dan dikuratori oleh penyair Aceh Dr. Salman Yoga S, sementara kata pengantarnya ditulis oleh budayawan Aceh Balian AW. Sedangkan proses penjaringan karya dan ide penerbitannya diinisi oleh Thayeb Loh Angen, Muhrin dan Salman Yoga.
“Terbitnya buku tersebut turut diapresiasi oleh sejumlah komunitas dan lembaga yang kemudian mewacanakan akan meluncurkan (lounching) buku “Antologi Puisi -Introspeksi Memandang Aceh dari Satu Kacamata-” dilangsungkan di dua tempat berbeda, pertama dalam bentuk Pra Laounching dan yang kedua berbentuk Summi Lounching,” terang Salman Yoga.