VKTR berkomitmen mendukung program pemerintah dalam mencapai target net zero emission yang menjadi salah satu prioritas utama advokasi G20 dan B20 tahun lalu. Saat ini VKTR yang tengah berupaya membangun ekosistem industri elektrifikasi transportasi siap menjadi mitra kerja penyedia teknologi elektrifikasi transportasi di IKN Nusantara.
“Tagline VKTR adalah Indonesian born, global contribution. Ini misi kami dalam menempatkan Indonesia di jantung rantai pasokan Electric Vehicle global. Dimulai dengan Inggris, kami ingin memposisikan sebagai alternatif pilihan untuk bahan nikel dan baterai yang diproses ESG, daripada bahan baterai yang diproses dengan batu bara tradisional,” jelas Anindya Bakrie.
Lebih dari itu, menurut Anindya, Indonesia memiliki memiliki potensi besar dalam transisi energi yang berkelanjutan. Indonesia memiliki nikel terbesar di dunia dengan 72mn ton. Timah kedua terbesar di dunia yang memproduksi 800rb ton, dan urutan ke 7 tembaga terbesar dengan 28mn tonnes. Indonesia juga dijuluki sebagai Negara yang memiliki kekuatan karbon, dihitung dari 75-80% karbon seluruh dunia yang bersumber dari hutan, mangrove, gambut, seagrass (lamun), dan terumbu karang. Indonesia memiliki potensi +400 GW untuk memperbaharui energi dari angin, solar, hydro, dan lainnya.
Potensi ini jika dimanfaatkan dengan baik bisa membawa Indonesia menjadi negara maju.
“Indonesia bisa menjadi Saudi Arabia-nya Dekarbonisasi. Bahkan bisa jadi Electro State dan Carbon State. Ini karena Indonesia memiliki critical natural resources di bahwa tanah, potensi berbagai renewable energy di atas tanah, serta biodiversity yang tak terhingga. Bahkan Green Industrial Revolution inilah yang saya percaya dapat membantu Indonesia mendapatkan PDB/kapital sampai 20,000 USD (dari 5,000 USD hari ini) sebelum 2045 atau saat 100 tahun Indonesia merdeka,” ungkapnya.