Kita tidak ingin, generasi muda menjadi lost generation, generasi yang linglung, generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri. Kita juga tidak ingin, kemajuan teknologi dan modernitas peradaban dicapai dengan mengorbankan nilai-nilai luhur, jati diri, dan budaya bangsa,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini turut bangga terhadap konsep pendidikan Pondok Modern Internasional Dea Malela dibawah asuhan KH Din Syamsuddin, yang diselenggarakan dengan mengedepankan tiga nilai keutamaan yang bertumpu pada pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan.
Yaitu, keunggulan komparatif (beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan religius), keunggulan kompetitif (berilmu, kritis, kreatif, inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri), dan keunggulan dinamik (toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab).
“Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 31 Ayat (3) konstitusi yang menegaskan bahwa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sistem pendidikan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia. Tujuan penyelenggaraan pendidikan tidak hanya melahirkan sumberdaya manusia yang cerdas dan terampil. Tetapi juga berkarakter dan berwawasan kebangsaan. Melahirkan generasi yang berhati Indonesia, berjiwa Pancasila,” jelas Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini memaparkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS). Memperlihatkan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 270,2 juta jiwa. Sebagian besar penduduk Indonesia berada pada kelompok usia pra-produktif dan produktif. Terdiri dari generasi Z yang saat ini berusia 9 hingga 24 tahun dengan komposisi sebesar 27,94 persen. Serta generasi milenial yang saat ini berusia 25 hingga 40 tahun dengan komposisi sebesar 25,87 persen.