“Strategi ventilasi udara alami dan penggunaan kisi-kisi kayu untuk sirkulasi udara di Bandara Banyuwangi menjadi salah satu kelebihan yang dinilai. Selain itu, green roof terminal juga menjadi nilai lebih,”tutur Johan.
Aspek penilaian lainnya adalah efisiensi energi dan konservasi. Ini meliputi sistem tata cahaya dalam ruang, sistem tata udara dalam ruang dan upaya reduksi emisi karbon.
“Untuk mengurangi emisi karbon Bandara Banyuwangi menggunakan pembangkit listrik tenaga surya di atap bandara. Lalu, juga menerapkan skylight untuk pencahayaan alami di siang hari. Penggunakan energi listrik yang minim pada berbagai ruangan juga menjadi salah satu penilaian positif,” imbuhnya lagi.
Johan menambahkan, bahwa sertifikasi GREENSHIP NZH yang telah diraih Bandara Banyuwangi ini akan digunakan sebagai percontohan bagi bandara lain di Indonesia. “Kami berharap semakin banyak bandara di Indonesia secara bertahap bisa menerapkan konsep Green Bulding sebagaimana Bandara Banyuwangi,” cetusnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas capaian ini. Bupati Ipuk menjelaskan bahwa pemkab sejak awal telah merancang pembangunan Bandara Banyuwangi dengan konsep bangunan hijau sekaligus mengangkat arsitektur lokal.
Konsep yang diterapkan Pemkab Banyuwangi ini, akhirnya membawa Bandara Banyuwangi memenangi kompetisi bergengsi arsitektur internasional, The Aga Khan Award for Architecture 2022, menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik di dunia.