Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan PB BNPB Agus Wibowo menyampaikan bahwa awak media dapat menjadi sumber daya manusia penanggulangan bencana yang kompeten dan profesional serta meningkatkan kualitas peliputan bencana.
“Kami mengharapkan diklat ini untuk meningkatkan kemampuan para wartawan dalam memahami lingkup pengetahuan kebencanaan,” ujar Agus pada Rabu (24/4).
Agus menambahkan bahwa mereka dapat mendorong perilaku pengurangan risiko bencana di masyarakat dan menumbuhkan ketangguhan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Terkait dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Wisnu mengharapkan gerakan ini dapat memberikan perubahan perilaku masyarakat sehingga terbangun kesiapsiagaan di tingkat individu, keluarga dan komunitas. HKB tahun ini difokuskan berlokasi di wilayah Lembang, Jawa Barat.
Peneliti Geotek LIPI, Mudrik Daryono mencatat secara detail Sesar Lembang dengan menggunakan metode tektonik geomorfologi dan paleoseismologi, membagi Sesar Lembang menjadi enam bagian. Panjang keseluruhan dari bagian tersebut mencapai 29 km, mulai dari Cimeta, Cipogor, Cihideng, Gunung Batu, Cikapundang, dan Batu Lenceng. Sementara itu, hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menunjukkan bahwa Sesar Lembang berpotensi terjadi gempa dengan magnitudo maksimum M 6.8.
Diklat yang berlangsung tiga hari ini menghadirkan narasumber dari BNPB, Geotek LIPI, PVMBG, Harian Kompas dan Agence Frence Presse (AFP). Kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan teori di dalam kelas dan praktek dasar, seperti basic survival dalam peliputan, pertolongan pertama, penggunaan GPS, trauma healing, pemasangan tenda dan dapur umum. *