Hal tersebut diperlukan karena setiap pertandingan megangsing yang digelar bersifat mendadak. Tidak ada jadwal yang pasti. Dinas Pariwisata (Dispar) juga diinstruksikan untuk segera menjadikan megangsing agenda rutin dan sebuah atraksi wisata.
Sehingga bisa dikombinasikan dengan agenda kepariwisataan lainnya yang ada di Buleleng. Sehingga, megangsing memiliki nilai. Bukan hanya permainan atau olahraga tradisional saja tetapi bisa menjadi daya tarik yang ingin dilihat wisatawan.
“Kita harus punya sesuatu yang berbeda untuk dijual. Tourism is Different kalau di Buleleng,” ucap Agus Suradnyana.
Lebih lanjut, Agus Suradnyana mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng sangat mendukung pelestarian megangsing ini.
Salah satunya dengan pembuatan arena di Desa Gobleg dan Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Pembangunan tersebut dilakukan mengingat setiap desa memiliki tipe permainan megangsing yang berbeda-beda.
Nantinya, bergantian akan menjadi tuan rumah pertandingan megangsing. “Kita akan buatkan jadwalnya secara bergantian.
Ini sangat perlu dilakukan untuk pelestarian mengingat megangsing juga sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” pungkas mantan anggota DPRD Provinsi Bali ini.