Jadi polusi karbonnya tinggi, oleh karena itu, yang harus kita edukasikan di masyarakat lewat gerakan Germas. Edukasi di masyarakat harus diperbanyak, hidup sehat, gizi cukup dan menghindari mengkonsumsi air tanah, jelasnya.
Dari 18 Kecamatan di Sidoarjo, dua kecamatan yang saat ini masih tinggi angka stuntingnya. Dari 14 persen kasus stunting di Sidoarjo yang paling banyak adalah di Kecamatan Jabon dan Krembung.
Total ada 24 desa yang butuh intervensi dari Pemkab Sidoarjo untuk menurunkan kasus stunting. Yang paling banyak ada di Kecamatan Jabon dan Krembung. Selain edukasi, intervensi lainnya adalah menjamin pemenuhan gizi kepada mereka.
24 desa itu akan kita intervensi secara gizi, tetapi sekali lagi saya sampaikan di Sidoarjo petanya bukan karena gizinya saja, tetapi karena masyarakat menyamakan dengan sekian tahun yang lalu menganggap air tananhnya masih bisa dikonsumsi, ini yang akan kita edukasi, tuturnya.
Sementara itu, Kepada Dinas Kesehatan drg. Syaf Satriawarman merinci intervesi apa saja yang akan ambil. Pendekatan menurut Syaf melalui dua hal. Pertama menggerakkan semua stakeholder lintas instansi kemudian gencar melakukan edukasi dan membantu pemenuhan gizi.
Beberapa waktu yang lalu, Syaf rapat koodinasi dengan Satgas Penakib yakni tim percepatan satuan tugas yang mengurusi angka kematian ibu dan anak.
Ternyata sedang diurus Kepres yang nanti akan menggabungkan antara penanganan angka kematian ibu dan anak serta penangana stunting, katanya.
Karena itu, saya minta kemarin dari pengurus Penakib itu untuk merangkul semua OPD terkait penanganan Stunting. Karena tidak mungkin orang kesehatan saja yang mengurusi stunting, sambungnya.