Namun ketika Belanda datang nisan Sultan Iskandar Tsani juga dihancurkan. Sikap Van Der Heijden gubernur militer Belanda di aceh (1877-1881 M) yang menghancurkan makam para raja mendapatkan kecaman internasional. Bahkan dalam perang di Samalanga Van Der Heijden terkena matanya sehingga dikenal sebagai Jenderal Dajeu Buta Siblah (Jenderal Dajjal Buta Sebelah).
Sisa makam Sultan Iskandar Tsani kemudian juga digali oleh pemerintah pada tahun 1976 dan penemuan benda-benda bersejarah emas perhiasan makam kemudian dibawa ke Jakarta, dan sampai kini tak diketahui dimana berada.
Penghancuran situs sejarah terus menerus terjadi sejak masa Belanda hingga kini. Malah proyek-proyek pembangunan pemerintah saat ini makin banyak menyasar untuk memusnahkan situs sejarah Aceh.
Akan mudah bagi yang memiliki kekuasaan dan uang untuk membuat kerusakan di muka bumi.
Darud Donya mengingatkan Pemerintah Pusat untuk menghormati Aceh, leluhur Bangsa Aceh dan tradisi Bangsa Aceh. Karena dengan begitu orang Aceh juga punya sedikit hormat kepada Pusat.***