Darud Donya Aceh dan DMDI kecam Israel, Aceh-Palestina Adalah Saudara Sepanjang Zaman

Gampong Pande kemudian terkenal sebagai pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara.

Pada tahun 1539 Sultan Aceh Sultan Alaiddin Al Kahhar menjalin hubungan dengan kekhalifahan Turki Utsmaniyyah, kemudian dilanjutkan tahun 1546, 1562 dan 1565 untuk melawan Portugis di Malaka. Sultan Turki mengirimkan angkatan militer perang, antara lain dari Mesir dan Siprus, untuk datang membantu Kesultanan Islam Aceh Darussalam mengusir penjajah.

Salah satu pasukan yang dikirimkan Khalifah Turki Utsmaniyyah yang datang ke Aceh berasal dari Baital Maqdis, yang terkenal dengan nama Teungku Chik Di Bitai.

Teungku Chik Di Bitai bersama pasukannya kemudian mendirikan Dayah Baital Madis juga membangun Mesjid Dayah Baital Muqaddis di Gampong Bitai Banda Aceh yang sampai kini dikenal sebagai Masjid Bitai. Sementara pasukan para ahli pembuat meriam dan peralatan perang berdiam di Gampong Pande. Tengku Chik Di Bitai digelar sebagai Syeikh Salahuddin Di Bitai.

Syeikh Salahuddin Di Bitai mendidik para pejuang Aceh Darussalam di Ma’had Askery (Akademi Militer) Baital Muqaddis di Gampong Bitai, untuk melawan kaum Feringgi atau Bangsa Frank, yang dulu menghancurkan Baitul Maqdis Palestina sebelum dikalahkan oleh Sultan Salahuddin Al Ayyubi.

Gelar Syeikh Salahuddin Di Bitai adalah untuk menunjukkan tekad Bangsa Aceh melawan Portugis yang mengancam Islam. Kesultanan Aceh juga kemudian menyerang Portugis di Malaka.

Dari Dayah Bitai banyak lahir para tokoh dan Ulama besar di Aceh. Laksamana Malahayati laksamana wanita pertama di dunia merupakan alumni Ma’had Askery Baital Maqdis, demikian juga Sultan Iskandar Muda.

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com