Demi Menjaga Marwah Aceh, Areal Cagar Budaya Makam Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail Harus Ditertibkan

Parahnya lagi di dalam tanah waqaf kawasan cagar budaya ini telah dibangun beberapa rumah dan hotel yang jejeran WC nya dibangun tepat disamping makam mengarah langsung ke nisan Sultan, menambah jejeran WC yang sebelumnya sudah dibangun oleh kedai bakso. Kini tepat di nisan makam Sultan sudah dikepung oleh jejeran WC toilet. Sungguh sangat memprihatinkan. Apa lagi sampai saat ini belum ada perhatian Pemkot untuk membenahi tempat tersebut.

Seperti diketahui, pada tahun 1703 Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail keturunan Rasulullah naik tahta Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan Jamalul Alam Badrul Munir terkenal dengan keadilannya dan kealimannya.

Sultan Jamalul Alam ketika naik tahta telah memerintahkan Syeikh Muhammad mengarang Undang-undang Aceh tahun 1708. Kitab Adat Aceh juga menceritakan tentang keadilan Sultan dan juga kedatangan Tamu Asing ke Aceh. Salah satu pedagang Denmark yang bernama Isblur mendapatkan gelar orang kaya putih dan sebuah rumah dari Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail pada saat itu. Menandakan betapa kuatnya hubungan perdagangan Aceh saat itu dengan dunia Internasional.

Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail juga dikenal sebagai Sultan Aulia dan ulama, Sultan ini dikenal sangat dihormati di Aceh dan dunia internasional.

Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail ketika wafat di makamkan dekat Blang Padang atau Gampong Baro sekarang ini dikenal dengan Lampoh Tube Poteu Jeumaloy.

Keturunan Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail yang terkenal salah satunya adalah Teungku Di Mulek penyalin kembali Qanun Al Asyi.
Peranan keturunan Jamalullail terkenal karena Pada tahun 1872 keturunan Jamalullail telah menyumbangkan berkilo-kilo emas untuk mengumpulkan senjata untuk persiapan menghadapi Belanda. Pada tahun 1873 Belanda menyerang Aceh dan kalah, Jenderal Kohler terbunuh di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh oleh sniper Aceh Panglima Dalam Teuku Nyak Raja Luengbata. Pada akhir tahun 1873 Belanda menyerang kembali dan tahun 1874 berhasil menguasai Dalam (istana).

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com