TN.ACEH l — Hampir seluruh struktur GAM Wilayah Linge pada masa perang dulu hadir dalam Acara Silaturrahmi Gerakan Aceh Merdeka (GAM)/Komite Peralihan Aceh (KPA) pada 23 Desember 2019 di Meureu, Kecamatan Indrapuri, Kabupatan Aceh Besar.
Acara silaturrahmi Mantan Kombatan sudah dua kali dilaksanakan di Komplek Pemakaman Teungku Chek Di Tiro Muhammad Saman. Sebelumnya 14 tahun lalu atau akhir tahun 2005, para mantan kombatan berkumpul di sana dengan agenda yang sama, yaitu tuntutan realisasi perjanjian damai RI-GAM.
Menurut Fauzan Azima, mantan Panglima GAM wilayah Aceh Tengah, mereka yang hadir tidak saja mendengarkan arahan dari petinggi GAM, tetapi yang lebih penting dari itu adalah silaturahmi sesama mantan kombatan yang telah lama tidak bertemu karena sudah berpencar-pencar mencari penghidupan masing-masing.
“Inilah moment yang ditunggu-ditunggu oleh para mantan petempur GAM, khususnya Wilayah Linge yang secara secara geo politik kurang beruntung dibandingkan dengan wilayah pesisir yang sampai saat ini bupati dan walikotanya dari kalangan GAM,” ungkap Fauzan.
Meski begitu, menurut Fauzan, setidaknya dengan bersatunya para mantan kombatan lebih membangkitkan semangat dalam menjalani hidup yang hari demi hari semakin kompleks.
Sementara itu, Ketua KPA Teungku Muzakkir Manaf dan Wali Nanggroe YM Teungku Malek Mahmud dalam pidatonya tidak ada yang luar biasa. Pidato dengan tema yang sama selalu digemakan pada setiap moment karena hal tersebut memang telah menjadi tanggung jawab moral setiap kombatan.
“Apa yang diperoleh dengan MoU Hilsinky memang jauh dari harapan, tetapi kesepakatan bersama untuk berdamai, maka seluruh kombatan harus komitmen dengan janjinya. Tentu semuanya bermuara pada kepentingan masyarakat Aceh secara umum,” terang Fauzan lagi.