Disebutkan Khofifah, tiap tahun SMAN 2 Taruna Bhayangkara hanya menerima 235 peserta didik. Namun, jumlah pendaftar selalu meningkat. Ini membuktikkan bahwa peminat di SMA yang berbasis kebhayangkaraan ini cukup tinggi.
“Saya berharap kepada Dinas Pendidikan Jawa Timur juga kepala sekolah demi menjaga kualitas lakukan seleksi yang ketat sehingga benar-benar terseleksi input peserta didik yang berkualitas dan dapat menjadi bibit unggul SDM Indonesia,” tegas Khofifah.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah juga mengingatkan kepada para taruna-taruni, makna peringatan Hari Bela Negara yang jatuh setiap tanggal 19 Desember.
Ia menjabarkan bagaimana sebuah lembaga pendidikan yang terasosiasi dan bermitra dengan lembaga apapun harus mempunyai ruh bela negara.
“Yang dilakukan SMADA Taruna Bhayangkara ini kan tidak hanya Capaian akademik. Tetapi juga penguatan karakter serta penguatan bela negara. Ruang-ruang untuk mendedikasikan energi terbaik kita untuk membela NKRI harus terbangun dalam profesi apapun. Di manapun dan kapanpun,” tegas Khofifah.
Khofifah menceritakan dalam sejarah lahirnya Peringatan Hari Bela Negera tak lepas dari peristiwa agresi militer Belanda ke II di Jogjakarta. Dimana banyak tokoh nasional seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Bung Hatta dan Perdana Menteri Sutan Syahrir ditahan. Namun, Bung Karno justru menginstruksikan Syafrudin Prawira Negara menyiapkan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) berpsat di Bukit Tinggi – Sumatera Barat. Di saat yang sama Panglima Besar Jenderal Sudirman memilih bergerilya bersama rakyat.