Tangerang,transnews – Kasus HIV-AIDS bak fenomena gunung es, terlihat di atas sementara di bawah terlupakan.
Hal ini berdasarkan stigma yang telah beredar luas di kalangan masyarakat. Bahwa penderita HIV-Aids yang juga disebut ODHA, itu adalah mereka yang hidup dalam perilaku jorok, baik secara seksual maupun non seksual.
Padahal yang paling membuat miris, ada banyak Ibu Rumah Tangga (IRT), ibu hamil dan anak-anak yang ikut terjangkit. Mereka jauh dari kesan hidup jorok. Tetapi saat mereka melakukan pengecekan tes darah, hasilnya positif. Dan hidup terasa berakhir bagi mereka.
Sampai psikologi mereka terganggu, dikarenakan preseden buruk dari masyarakat sekitar, bahwa mereka terkena penyakit kutukan atau moralitas seseorang. Perlu digarisbawahi status sosial tak menjamin akan terhindar dari virus HIV-Aids.
Dan itu terus berlanjut, saat mereka harus mencari akses kesehatan. Sebab akses bagi mereka sangatlah minim dan terkesan seadanya. Sementara obat yang mereka butuhkan itu harus terjamin seumur hidup mereka.
Hal itu disampaikan Andre Focal Point JIP (Jaringan Indonesia Positif) di dalam acara media gathering, di gedung KPA (Komisi Penanggulangan Aids) Kab Tangerang, Kamis (22/08/19).
Selain JIP ada beberapa komunitas peduli HIV-Aids lainnya yang ikut serta, seperti Kapeta, Ikatan Perempuan Perduli Indonesia, Drug Policy Reform, Perduli Warga Tangerang dan Yayasan Kotex Mandiri, selain perwakilan KPA.