Sedangkan proyek tahap kedua adalah smelter leaching yang memproduksi bahan baku baterai mobil listrik dengan nilai total investasi sebesar 220 juta dolar AS. Pembangunannya direncanakan dimulai awal 2022, dan commissioning produksi pada Juli 2023.
Presiden Direktur PT Silo Effendy Tios menambahkan, industri memberdayakan cadangan mineral dari Pulau Sebuku itu memiliki potensi sangat besar. Jika proyeknya dijalankan dengan baik, apalagi dengan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan seperti smelter, maka cadangan mineral ini tidak akan habis sampai 50 tahun ke depan.
Hongkong Excellen, pada tahap pertama bekerja sama dengan PT Sebuku Iron Lateritic Ores (Silo) membangun smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) dengan bendera PT Excellen Silo Ferroalloy di Kotabaru. Peletakan batu pertama proyek RKEF dilakukan pada 29 September 2021.
Diharapkan, pembangunan smelter ini segera menggerakkan industri dan meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat. “Semua industri terkait akan berjalan, pajak dan pendapatan negara akan meningkat, lapangan pekerjaan terbuka lebar dan ekonomi masyarakat akan lebih baik,” tambahnya.
Effendy Tios menegaskan, PT Silo sebagai perusahaan dalam negeri yang berkomitmen tidak akan menjual izin tambang atau saham ke perusahaan asing. Dalam kerja sama ini, Silo menjadi supplier bahan baku, sehingga perusahaan tetap independen dikelola sesuai undang-undang dengan memperhatikan kepentingan negara Indonesia.
Manfaat ekonomi sebagai efek dari kehadiran poyek ini sudah tampak adalah dibangunnya gardu induk listrik di Silo. Masyarakat akan segera merasakan ketersediaan listrik selama 24 jam serta tumbuhnya beberapa jaringan telekomunikasi.