Silo di Kotabaru sudah ada sejak 2004 dan bahkan sudah berinvestasi hingga triliunan rupiah. Bahkan perusahaan tambang bijih besi PT Sebuku Iron Lateritic Ores (Silo) merupakan perusahaan dalam negeri bagian dari Salim Grup ini telah membangun smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian hasil tambang senilai 170 juta US dollar atau sekitar Rp2,2 triliun di Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun sejak November 2017, smelter tersebut berhenti karena menunggu perpanjangan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Dua smelter ini merupakan awal dari ekosistem mobil ramah lingkungan yang dibangun oleh Indonesia, selain untuk menyetop ekspor bahan baku. Sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi kala melakukan groundbreaking di Karawang, pembangunan pabrik ini merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk melakukan hilirisasi industri. Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengatakan, era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir dan Indonesia harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi untuk menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis pengembangan inovasi teknologi.
“Karena itu, strategi bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah, melepas ketergantungan pada produk-produk impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah yang semakin tinggi,” kata Presiden Jokowi.