“Angka 2,8 persen itu adalah data kumulatif sejak Juli 2020, bukan data per satu bulan,” ujar Nadiem.
Kedua, penularan Covid-19 belum tentu terjadi di satuan pendidikan. Bisa saja terjadi di rumah atau dalam perjalanan. Nadiem menuturkan, persentase tersebut bukan data klaster melainkan data jumlah sekolah yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular Covid-19 sebelum PTM terbatas dibuka.
“Angka 2,8 persen dari sekolah yang dilaporkan oleh sekolahnya ada yang (terkena) Covid-19, itu pun belum tentu mereka melaksanakan PTM,” ujarnya.
Ketiga, isu mengenai 15 ribu murid dan tujuh ribu guru yang terkonfirmasi positif selama PTM terbatas. Nadiem menegaskan bahwa data tersebut berasal dari satuan pendidikan yang belum diverifikasi.
“Itu berdasarkan laporan data mentah yang ternyata banyak sekali error-nya. Contohnya, banyak sekali yang melaporkan jumlah positif Covid-19 melampaui daripada jumlah murid di sekolah–sekolahnya,” ungkapnya.
Mendikbudristek menegaskan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Kemenkes untuk meningkatkan pengendalian Covid-19 di satuan pendidikan.
Ke depan, Menteri Nadiem meyakini, data yang akan diperoleh akan lebih valid dan tepat sasaran serta tidak merugikan. Strategi kedua, adalah integrasi aplikasi PeduliLindungi dan implementasinya di satuan pendidikan.
Sejauh ini sudah 40 persen dari seluruh sekolah yang memenuhi syarat melaksanakan PTM terbatas dari jenjang PAUD, SD, madrasah, dan pesantren.