Jakarta – Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak masih menjadi tantangan bagi Indonesia dan harus segera dicarikan jalan keluarnya. Angka kematian ibu (mother mortality rate) atau biasa disingkat AKI dan angka kematian bayi (AKB) masih belum memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 sektor kesehatan.
Target itu juga masih harus dikebut untuk mengejar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau sustainable development goals (SDGs), kesepakatan global 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Sample Registration System (SRS) nasional Indonesia yang dilakukan pada 2018, sekitar 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pascapersalinan. Proporsinya yaitu 24 persen terjadi saat hamil, 36 persen ketika persalinan dan 40 persen sewaktu pascapersalinan. Kemudian lebih dari 62 persen kematian ibu dan bayi terjadi di rumah sakit.
Sample registration system (SRS) merupakan survei demografi nasional untuk menyediakan data penyebab kematian (causes of death/COD) di Indonesia. Kualitas COD akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan di sektor kesehatan.
Kendati demikian, pemerintah tidak tinggal diam melihat masih jauhnya target penurunan AKI dan AKB. Upaya-upaya strategis dilakukan guna menekan AKI dan AKB di tanah air termasuk kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan layanan ibu dan bayi yang aman terutama pada masa pandemi seperti sekarang.