Jadi Presidensi G20, Indonesia Berpeluang Raih Manfaat Ekonomi

Manfaat Besar

Menko Perekonomian menambahkan, hal tersebut diperkirakan dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dibandingkan saat Indonesia menjadi tuan rumah International Monetary Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting di Nusa Dua, Bali, tahun 2018 lalu.

“Diharapkan secara agregat ini akan beberapa kali 1,5-2 kali daripada efek yang dicapai dalam pertemuan IMF-World Bank di 2018 yang lalu, karena pertemuan ini berjalan sekitar 150 pertemuan selama satu tahun atau selama 12 bulan,” ungkapnya.

Selain itu, tambah Airlangga, pertemuan ini juga dapat dijadikan momentum bagi Indonesia untuk menampilkan keberhasilan reformasi struktural berupa dikeluarkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF). “Tentunya ini akan mendorong confidence dari investor global untuk percepatan pemulihan ekonomi dan mendorong kemitraan global yang saling menguntungkan,” harap Menko.

BACA JUGA :  Pemimpin di KTT G20 Sepakati Capai Target Vaksinasi Global

Sementara itu, dari aspek pembangunan sosial, Indonesia berpeluang untuk mendorong topik terkait dengan produksi dan distribusi vaksin. “Kita terus mendorong agar vaksin ini menjadi global public goods dan juga aksesibilitas bagi masyarakat Indonesia dan negara berkembang yang berpendapatan rendah,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan, ada tujuh prioritas pembahasan isu-isu keuangan global terkini. Pertama, negara-negara G20 akan membahas bagaimana berkoordinasi memulihkan ekonomi global. Di mana G20 akan mencari waktu yang tepat agar setiap anggotanya mengurangi kebijakan fiskal dan moneter yang extra ordinary dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19.

Sebab, Indonesia sendiri, pada 2023 defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah ditetapkan harus berada di bawah 3 persen terhadap PDB. Pada 2020 hingga 2022, defisit diperbolehkan di atas 3 persen. “Fiskalnya dari sisi monetery policy design bagaimana kalau bersama-sama kebijakan exit strategy untuk pemulihan ekonomi yang beda-beda dari sisi kecepatan dan pemerataan di semua negara,” ujar Sri Mulyani.

BACA JUGA :  Menlu: Inklusivitas Kunci Presidensi Indonesia di G20 Tahun 2022

Kedua, isu terkait dampak perekonomian dari pandemi Covid-19 yang memukul korporasi dari sisi neraca. Sehingga G20 akan mencari jalan agar dunia usaha bisa kembali pulih dan meningkatkan produktivitasnya.

Ketiga, topik mengenai central bank dan digital currencyKeempatcross border payment seiring dengan berkembangnya digital ekonomi dan teknologiKelima, isu terkait climate change, dengan mengimplikasikan green finance, sehingga bisa menciptakan ekonomi hijau dan sustainable. Termasuk di antaranya pembiayaan infrastruktur dan private sektor.

Keenamfinancial inclusion untuk bersama-sama melakukan pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dan ketujuh, membahas pelaksanaan global taxation principal, yakni pembahasan tax insentif, tax and digitalization, tax avoidance, BEPS, dan lain sebagainya.

BACA JUGA :  Menparekraf Optimistis KTT G20 di Bali Bangkitkan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

“Kebijakan perpajakan menu prioritas yang penting juga bagi Indonesia. Sebab Indonesia juga sedang menjalankan reformasi. Indonesia tetap menjaga kepentingan Indonesia dan negara berkembang, agar kita tidak dirugikan, tapi mendapatkan manfaat yang maksimal di bidang ekonomi dan pajak,” ujar Sri Mulyani.

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com

Pos terkait