Ia menyebutkan, dengan adanya dana Otsus Papua berdampak bagi masyarakat. Menurutnya, bagi orang asli Papua akan mendapatkan obat-obatan gratis. Seperti HIV AIDS, Filariasis, Malaria, Diabetes, Vitamin C dan lainnya.
Bahkan, lanjutnya, bagi orang asli Papua gratis berobat di Puskesmas dan RS. Sedangkan, bagi yang lain di RS berdasarkan Perda diharuskan untuk membayar.
“Dengan semua usaha dan program yang dilakukan,Kabupaten Jayapura mendapatkan penghargaan sebagai pembangunan kesehatan terbaik dari Propinsi,”ujarnya.
Sayangkan Pemotongan Dana Otsus Papua Untuk PON:
Menurutnya, pada DPA Induk 2014 alokasi dana Otsus masih dengan pola lama 60 % Kabupaten dan 40% Propinsi. Sedangkan, di tahun 2015-2019 menggunakan pola 80% Kabupaten dan 20% Propinsi berdasarkan (Perdasus No.3/2016).
Hanya saja, lanjutnya, di tahun 2020 ada pengurangan sampai 50 % untuk kebijakan PON XX (Pagu Dinkes).
“Yang semula anggaran Rp 103 Milyar, maka di tahun 2020 menjadi Rp 46 Milyar. Pengurangan tersebut karena untuk kegiatan PON XX. Dengan kondisi seperti ini ya kita tidak bisa apa-apa lagi,”keluhnya.
Meski begitu, secara pribadi dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat agar memperhatikan Papua. Ia melihat, bagaimana masih ada warga Papua yang tidak mengenakan pakaian.
“Saya lahir dan besar di Papua, mari kita perhatikan orang Papua. Saya menangis melihat adanya orang yang tidak berpakaian. Kita tahu kondisi ini sulit, dan saya mengabdikan diri untuk kesehatan,”tandasnya.
Selain Kadinkes, Narasumber lainnya seperti Akademisi asal Papua Willem Frans Ansanay, Pemerhati Papua dan Politik Internasional Prof. Imron Cotan turut mengisi kegitan itu.*** Editor:Nas