“Alasan saya memilih MBA di Amerika Serikat yang pertama adalah karena programnya dua tahun. Melihat dari lama studi, saya rasa ini cukup untuk mempelajari hal-hal yang ingin saya pelajari,” David Orlando. Selain itu, hal lain yang membuatnya mantap studi MBA di Amerika adalah integrasi antara sekolah bisnisnya dengan institusi secara umum seperti misalnya Yale School of Management dengan Yale University.
“Hal ini penting mengingat mempelajari bisnis saja tidak cukup. Kita juga perlu mempelajari bidang yang akan kita tekuni. Ketika kita ingin membuat usaha di bidang lingkungan, misalnya tentang keberlanjutan, kita bukan hanya perlu mempelajari ekonominya tetapi juga perlu belajar tentang lingkungan itu sendiri,” jelas David mencontohkan.
Sementara itu, Jordi membagi tips memilih sekolah yang tepat. “Setidaknya ada enam kriteria yang dapat dijadikan dasar pemilihan, seperti area keunggulan sekolah, kurikulum, fasilitas, pengalaman karier yang ingin dibangun, kehidupan sosial, serta jaringan setelah sekolah. “Teman-teman perlu mencari tahu keunggulan sekolahnya dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin didapat dari program MBA ini,” terang Jordi.
Pengalaman selama studi di Amerika Serikat baik pengalaman akademis maupun nonakademis juga dibagikan oleh ketiga mahasiswa. Diakui mereka, banyak pengalaman berkesan ketika menempuh studi, seperti pengalaman berdiskusi dengan tokoh-tokoh penting dunia dan pengalaman mengikuti berbagai gelaran penting.
David mengaku mendapatkan pengalaman global ketika dia menjalani studinya. Ia mengatakan, “Biasanya program-program MBA akan mempunyai acara seperti pertukaran, study track, atau sekedar track biasa. Ada juga pengalaman kerja yang bersifat global. Contohnya, di Yale ada Global Social Enterpreneurship di mana di sini kita jadi konsultan tapi untuk kewirausahaan sosial di negara berkembang,” ungkap David.