Adapun harga CPO di bursa komoditas Malaysia meningkat 1 persen menjadi 4.973 ringgit per ton atau setara Rp16,98 juta (kurs Rp3.416 per ringgit Malaysia) dimana, seperti dikutip CNN Indonesia, harga CPO ini meningkat sekitar 38,14 persen dalam 10 bulan terakhir.
Tengkulak
Catatan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian 2019 per provinsi menyebut 2,74 juta kepala keluarga petani sawit di Perkebunan Rakyat (PR), atau meningkat 2,5% dibanding tahun sebelumnya yang 2,67 juta KK.
Petani PR memproduksi 3,15 juta ton/hektar, atau kalah bersaing dengan petani Perusahaan Besar Negara (PBN) yang 3,67 juta tot/ha dan Perusahaan Besar Swasta (PBS) mencatat 4,1 juta ton/ha.
Kekalahan produktivitas petani PR ditengarai kurangnya informasi terhadap akses untuk bibit berkualitas, cara pengelolaan yang benar, pendanaan & skema perdagangan sawit.
“Petani tidak berhubungan langsung sama pabrik. Jadi harga yang terkesan lumayan besar ini bukan harga pabrik. Ada oknum tertentu saja yang menikmati. Kalau petani, karena tidak berhubungan sama pabrik, jadi tetap harga ini masih diatur sama Loding (tengkulak),” urai Kanisius Tereng, petani sawit Kabupaten Passer, Kalimantan Timur, kepada ketika VOA Indonesia, Rabu (20/10).
Petani Tereng mengakui sekumpulan tengkulak (loding) memiliki akses ke pabrik pengolahan, dan penentu harga beli dari petani. Mereka kurang perduli keberadaan Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Asosiasi Petani Kelapa Sawit (APKASINDO), Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (ASPEKPIR), dan Asosiasi Sawit Masa Depanku (SAMADE).