Kondisi ini berimbas pada produk LPM Ideas yang mulai berdiri semenjak tahun 1995 lalu. Jika semula mereka memiliki majalah, buletin hingga majalah dinding kini mereka hanya fokus pada laman ideas.id saja. Ada beberapa pertimbangan ketika LPM Ideas memilih beralih dari bentuk cetak ke bentuk online. Pertama yah karena melihat perkembangan zaman dimana teknologi internet menyediakan kemudahan bagi media online untuk tumbuh dengan pesat. Kedua, kemudahan akses, apalagi banyak mahasiswa yang akrab dengan telepon genggam. Daya tembus ke publik pun lebih cepat, apalagi bisa diakses kapan saja dan dimana saja, ungkap Wardah. LPM Ideas sendiri mulai merintis laman resminya semenjak tahun 2016 lalu.
Ternyata kerja keras dan konsistensi Wardah dan kawan-kawan tak sia-sia. Laman ideas.id dinilai layak menjadi laman terbaik LPM se Indonesia. Penilaian meliputi keaslian, kualitas, kedalaman, dan keunikan isi laman. Kemudian sisi kekritisan, bahasa yang digunakan serta daya tembus kepada pembaca juga dinilai.
Dewan juri yang bertugas dalam ajang kali ini adalah perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang. Selain melombakan kategori laman terbaik, PPMI juga menggelar lomba foto jurnalistik LPM terbaik, dan majalah LPM terbaik. Reuni Nasional dan Dies Natalis XXVII PPMI dilaksanakan tanggal 25 hingga 28 Oktober 2019.
Apresiasi berupa penghargaan laman terbaik LPM se Indonesia menjadi penyemangat bagi pengurus LPM Ideas untuk tetap bertahan di tengah segala keterbatasan.
“Kami bertekad agar LPM Ideas terus berdiri, jangan sampai vakum walapun untuk itu kami harus jungkir balik, sebab jika vakum maka akan sangat sulit memulai kembali, seperti yang terjadi di beberapa perguruan tinggi lainnya dan akhirnya harus berakhir dengan kematian pers mahasiswa” pungkas Wardah dan Yuniar yang kini harus pintar-pintar membagi waktu, antara mengerjakan skripsi dan memimpin LPM Ideas agar tetap kokoh berdiri. (iim/ich)