Demikian juga seharusnya pemerintah Banda Aceh segera menyelamatkan makam Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail yang merupakan keturunan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin kita bangga merayakan maulid sedangkan makam cucu Nabi Muhammad SAW dijadikan hotel, cafe dan toilet, bahkan diatas kubur Sultan Sayed diletakkan tungku pembakaran bakso.
Di Bulan Yang penuh rahmat dan magfirah dan harapan mendapatkan syafaat Nabi, maka lindungilah syari’at Islam di Aceh dan lindungilah peninggalan syari’at islam. Jika makam indatu kita hilang maka putuslah bukti sejarah kita tidak bersambung lagi ke Rasullullah yang mulia.
Apalagi yang hendak dibanggakan oleh kita orang Aceh Islam yang dimasukkan oleh Ahlul Bait Sultan Sayed Abdul Azis Syah (840 M), sedangkan peninggalan makam raja-raja dan ulama dibiarkan hilang lenyap bahkan sengaja ditimbun dalam tinja manusia dan sampah.
“Pemimpin yang baik adalah yang menjaga Islam dan menjaga peradaban Islam. Jika Pemimpin Banda Aceh dan Aceh menghancurkan peradaban Islam di Aceh, maka itu adalah pemimpin yang zalim, maka neraka jahanam kelak balasannya,” tutup Mawardi.*** (Bening)