Menariknya, beberapa petani peserta Sekolah Lapang (SL) di Desa Rancanggal sudah ada yang mau untuk menerapkan ilmu yang diberikan selama kegiatan sekolah lapang ini, salah satunya yakni pola tanam jajar legowo di lahan sawah milik mereka sendiri.
“Testimoni yang kerap disampaikan oleh para petani, bahwa dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo hasil panen yang mereka dapatkan lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil panen sebelumnya yang tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo,” ujarnya.
Dalam pertemuan terakhir sekolah lapang kali ini, baik di Daerah Irigasi (DI) Cikuray maupun Cinenten, peserta diajak memainkan sebuah game terkait dinamika kelompok.
Dengan diberikan beberapa aturan main dan dibentuk kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu misi. Keseruan dan teriakan kemenangan kian terdengar dari kelompok yang pertama kali berhasil menyelesaikan misi.
“Inti dan maksud dari permainan yang diberikan adalah bahwasannya, untuk mencapai suatu tujuan secara efisien diperlukan strategi tertentu, perlu adanya komunikasi dan kerjasama diantara anggota kelompok agar tujuan dapat tercapai dan dirasakan oleh setiap anggota,” ujar Dedi lagi.
Pesan lain yang ada dalam permainan ini sebaiknya dalam suatu kelompok tidak begitu saja membiarkan oranglain (diluar kelompok), mengatur cara kerja mereka.
Kelompok diharapkan tetap berpegang teguh pada prinsip yang sudah mereka buat sendiri, diantaranya saling kompak, saling tolong menolong, saling mengayomi dan banyak saling yang dibangun untuk menjaga peningkatan produktivitas usaha tani bersama maupun menjaga rasa kekeluargaan yang sudah ada.(EZ)