TN.BOGOR l — Sastrawan dan perupa Putra Gara, tengah sibuk menyusun buku otobiografi seorang rekan yang duduk sebagai birokrat di Kabupaten Bogor. Miko Salman Nosar, yang sebentar lagi memasuki usia pensiun di Inspektorat tempatnya mengabdi sekian puluh tahun, ingin ia tinggalkan dengan memberi kenangan indah berupa buku otobiografi rekam jejaknya di pemerintahan.
“Tapi dalam buku ini juga menceritakan masa kecil saya di kampung, hingga hijrah ke Jakarta, dan akhirnya menetap di Bogor,” cerita Miko, kelahiran Takengon Aceh Tengah 02 September 1964, pada Ahad (31/04/2024).
Sementara buat Putra Gara, buku yang diberi judul “Menggenggam Perjalanan” itu ia tertarik dengan latar belakang keluarga Miko.
“Ternyata Bang Miko adalah anak dari Bapak H. Muhamad Isa Saleh bin Tengku Saleh Reje Hakim Mungaya Nosar, dimana Tengku Saleh Reje Hakim mungaya Nosar adalah kakek dari Miko Salman Nosar, seorang sesepuh pada jamannya, disebut tokoh pendiri atau pemuger awal adanya Kampung Hakim Mungaya,” kata Gara.
Lebih jauh Gara menambahkan, bahwa Tengku Saleh Reje Hakim mungaya Nosar juga okoh pendiri/pemuger adanya kampung Samarkilang, bersama dengan menantunya (kile) yaitu Reje Syiah Utama.
“Sementara nama Syiah Utama saat ini menjadi salah satu Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah,” kata Gara lagi.
Dalam catatan Gara, sesama orang Gayo ia sangat mengapresiasi jejak langkah perjalanan hidup seorang Miko Salman Nosar. Dimana sang bapak, H. Muhammad Isa Saleh bin Tengku Saleh Reje Hakim Mungaya, adalah orang tua yang penuh dedikasi, perhatian terhadap keluarga sodara sodaranya di tempat kampung kelahiranya yaitu kampung Mungaya Nosar dan Kota Takengon, Aceh Tengah.