Hal tersebut sangat bisa diterima karena negara tersebut mampu mengendalikan laju kasus Covid-19 dai angka satu digit. Pilihan ini bersifat gambling, tidak serta merta negara tersebut tidak akan terkena second wave dari Covid-19 ini dengan gejala dan jumlah korban yang lebih besar.
Sikap Indonesia mewacanakan new normal di tengah kondisi kasus Covid-19 yang tengah menanjak tinggi tentu dirasa kurang pantas dan belum waktunya. Karena kita bisa menyaksikan sendiri jumlah kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi,
Beberapa hari lalu mencapai hampir seribu kasus per hari. Kita masih bisa melihat bagaimana penerapan PSBB di berbagai daerah masih terlalu longgar sehingga kasus Covid-19 semakin sulit untuk diprediksi kapan akan melandai.
Kita tidak bisa meloncat begitu saja dari PSBB yang longgar menuju new abnormal. Kita harus mengkaji lebih dulu bagaimana persiapan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan karena merupakan jantung pertahanan negara di era pandemi.
Rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa timur babak belur, ruang isolasi kebanyakan penuh. Di Surabaya, ada rumah sakit yang sementara ‘istirahat’ karena overload dan adanya tenaga kesehatan terinfeksi.
Rata-rata rumah sakit rujukan Covid-19 merupakan rumah sakit umum daerah yang juga memiliki beban berat dengan pelayanan pasien non covid.
Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah pusat apakah sebaiknya penanganan Covid-19 ini justru harus terpusat dan bukan dibebankan di rumah sakit daerah yang sudah menangani pasien kompleks seperti di RSUD dr. Soetomo dan RSUA.