I Ketut menuturkan, jika produksi pakan tahun 2018 sekitar 19,4 juta ton, maka setidaknya dibutuhkan jagung 7,8 juta ton untuk industri pakan ditambah 2,5 juta ton untuk peternak mandiri. Sedangkan di 2019, industri pakan memerlukan 8,59 juta ton dan peternak mandiri 2,9 juta ton. Hal ini menurutnya dapat menjadi pendorong bagi berkembangnya agribisnis jagung di Indonesia dalam rangka peningkatan produksi dan kesejahteraan petani sekaligus sebagai motor penggerak pembangunan di pedesaan.
Kabupaten Blora merupakan salah satu sentra jagung Jawa Tengah, terbesar kedua setelah Kabupaten Grobogan. Dengan panen jagung ini, I Ketut Diarmita berharap para petani dapat menyuplai kebutuhan jagung bagi peternak, baik yang berada di wilayah Blora maupun di kabupaten lainnya. I Ketut berharap petani jagung dan peternak ayam mandiri dapat menikmati masa panen raya jagung saat ini melalui mekanisme distribusi dan tata niaga yang baik.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen PKH I Ketut Diarmita juga mempertemukan langsung peternak ayam mandiri Solo dengan petani jagung Blora. Ini langkah konkret memberi kepastian pasar kepada petani dan peternak yang diwujudkan dalam kesepakatan kerjasama penyerapan jagung antar kedua belah pihak. “Kesepakatan pembelian jagung petani oleh peternak, dengan Bulog berada di tengahnya, mengatur penyerapan jagung dan pasokan dari Blora ke Solo,” imbuh I Ketut Diarmita.
Sebagai salah satu sentra ternak ayam petelur di tanah air, kebutuhan peternak Solo, Jawa Tengah, akan jagung sebagai bahan pakan sangat tinggi. Untuk itu, Dirjen PKH mengharapkan saat panen raya seperti ini harga jagung di petani tetap terjaga, tidak turun drastis, petani untung dan peternak juga memperoleh harga yang wajar, sehingga keduanya sama-sama untung.