Almuniza juga menekankan, kebudayaan dirasakan perlu diajarkan sejak dini kepada anak-anak mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sebab, dengan kebudayaan, anak-anak itu nantinya mampu menjadi sumber daya manusia yang unggul sebab nilai-nilai keluhuran telah ditanamkan sejak dini dalam diri anak.
“Kita juga dapat melihat, bahwa anak-anak yang bersentuhan dengan kebudayaan mampu berinteraksi dengan masyarakat. Jiwa sosial anak-anak ini juga lebih peka terhadap sekeliling karena jiwanya telah dibentuk sedemikian rupa,” jelas Almuniza.
Pentas Kebudayaan dan Kuliner Aceh menampilkan keberagaman kebudayaan seperti penampilan Tari Ratoh Jaroe (Aceh), Penampilan Tari Wira Pertiwi (Klaten), Penampilan Tari Lengger Banyumas, Penampilan Tari Mambri dari Papua, dan ditutup dengan Tari Ratoh Jaroe serentak dari tiga unsur budaya menarikan dengan gerakan Alhamdulillah, Jeumpa Mirah dan Hai Laot Sa.
“Dari berbagai penampilan tarian yang saya sebutkan di atas, nantinya kita akan melihat secara langsung satu bukti bahwa keberagaman ini tidak akan pernah dapat digantikan oleh apapun. Ini semakin membuat kita yakin pula bahwa bangsa kita memang bangsa yang besar, tangguh dan berkebudayaan yang tinggi,” jelas dia.
Sementara, kepala Kepala Dinas Kebudayaan Solo, Kinkin Sultanul Hakim mengatakan, tidak ada perbedaan antara Aceh dengan Solo dengan beragam kesenian yang dimiliki dua daerah ini. Namun, kata dia, yang berbeda adalah pemerintah Aceh terlebih duluan melakukan diplomasi kebudayaan dengan datang ke Solo.