Investasi Inggris
Sebelum menyampaikan pidato pada forum tertinggi COPs ke-26 itu, Presiden Jokowi sempat pula menghadiri Forum Cheif Executive Officers (CEOs) Inggris di pagi harinya. Dalam forum itu, Presiden Jokowi menyampaikan pesan tentang pentingnya “sinkronisasi kebijakan” antara negara maju dan negara berkembang mengenai perubahan iklim.
“Kita semua, termasuk negara-negara maju, harus menunjukkan langkah yang lebih konkret dalam hal pengendalian iklim, terutama dalam hal dukungan pendanaan bagi negara-negara berkembang dalam melakukan transisi energi dari fossil fuel ke renewable energy,” kata Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan yang digelar di hotel tempatnya menginap selama berada di Kota Glasgow, Presiden Jokowi menekankan pembahasan investasi di sektor ekonomi hijau, seraya menyatakan bahwa beberapa hari sebelumnya ia telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) tentang Instrumen Nilai Ekonomi Karbon yang akan mengatur mekanisme carbon trading ke depan.
“Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, langkah ini pun meningkatkan pendanaan pembangunan. Pasar karbon harus dikelola dengan berkeadilan dan transparan. Kebijakan pengendalian perubahan iklim Indonesia juga mencakup transisi menuju green economy,” ujar Presiden Jokowi.
Selain itu, di sektor energi Indonesia membuka peluang investasi untuk melakukan early retirement (pensiun dini) dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan menggantinya dengan energi terbarukan. Pemerintah mengidentifikasi ada 5,5 GW (5.500 MW) PLTU batu bara yang bisa masuk ke proyek ini, dengan kebutuhan pendanaan sebesar USD25–30 miliar selama delapan tahun ke depan.