Hal ini, kata dia, bisa ditangani jika pandangan partai politik berubah terhadap perempuan. Terlebih, memiliki elektabilitas yang tinggi dan kemampuan leadership yang kuat.
“Jika cara pandang parpol berubah dan melihat calon perempuan terlihat lebih unggul, saya kira partai politik bisa berubah pikiran sehingga akan mendukung calon perempuan,” ungkap dia.
Namun, lanjut dia dengan semakin banyaknya keterwakilan perempuan dalam kursi palemen, peluang perempuan dalam menduduki kursi kepala daerah semakin terbuka. Dalam UU Pilkada, kata dia juga tidak dilarang perempuan sebagai pemimpin.
“Bahkan bisa menjadi energi positif baru untuk masa depan Kota Depok,” tegas dia.
Di Kota Depok sendiri, beberapa nama bisa disebut memiliki peluang menjadi calon kepala daerah, baik wali maupun wakilnya. Mereka adalah Qonita Lutfiyah, Yeti Wulandari dan pendatang baru Dian Nurfarida.
Meski Qonita dan Yeti telah lebih dulu menjajaki dunia politik, namun menurut Ubedillah tidak menjamin akan selalu berjalan mulus sesuai dengan keinginan. Dian bisa saja bermanuver di ‘tikungan terkahir’ dan jadi pemenang untuk dapat tiket menuju pilkada.
Secara kendaraan politik, ketiganya dianggap Ubaidillah mumpuni untuk menjajaki langkah mengikuti pilkada. Namun, jika dilihat rekam jejak tentu PKS lebih diunggulkan jika menempatkan Dian Nurfarida sebagai bakal calon wali kota.
Tidak lupa Ubaidillah menyebut semua masih tetap harus dilihat dari hasil pileg 14 Februari mendatang. Menurutnya, hasil pada pileg menjadi penerang tentang kemana arah peta politik kedepan.