Ari yang juga memproduksi olahan tahu goreng mengaku kawatir dengan mahalnya minyak goreng dan kelangkaan minyak goreng bersubsidi. Sehingga dirinya beralih dari minyak goreng kemasan ke minyak goreng curah agar usahanya tetap berajalan.
“Sebagai rakyat kecil kita mau usaha kecil-kecilan susah apalagi mau mengembangkan usaha. Mbok yo didukung bahan pokokknya, tidak usah murah tapi standar. Yang penting bahan pokok standar saja sudah bagus,” ujarnya.
Menanggapi kenaikan kedelai impor, Sub Koordinator Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak sukisman menyampaikan, sebagai alternatif kenaikan harga kedelai para produsen tahu dan tempe dapat menggunakan kedelai lokal Indonesia. Menurutnya kualitas kedelai Indonesia sangat bagus untuk bahan baku tahu dan tempe.
“Dapat mencontoh rumah kedelai di Grobogan yang menjual tahu dan tempe berbahan kedelai Indonesia. Hasilnya bagus, tempenya lebih keras dan lebih enak. Sebenarnya itu yang bagus (tempe keras) dan kedelai lokal itu juga ‘nyanten’,” katanya.