“Mari menciptakan harmoni dalam relasi manusia, alam dan Tuhan, dalam khazanah budaya,” ujar pekerja sosial, pendiri Rumah Singgah Bunda Lenny ini.
Budaya bangsa Indonesia, kata Eddie, memang cukup lekat dengan nilai-nilai keagamaan, sejak penduduk Nusantara ini masih memeluk agama leluhur, hingga kemudian agama langit dikenal. Indonesia juga memiliki potensi alam nan elok, dan berbagai potensi lainnya.
“Budaya manusia memang tak lepas dari religiusitas dan keyakinan adanya kuasa Tuhan. Relasi manusia dan alam sekitar ini membentuk nilai-nilai kearifan budaya yang kemudian menjadi pandangan hidup di tengah entitas masyarakat,” kata aktor film dan sinetron, yang juga Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur ini.
Menurut Pendiri Rumah Budaya Satu-Satu (RBSS) ini, hanya bangsa yang menghargai budayanya yang akan menjadi bangsa agung di dunia. Setiap insan dapat mengadopsi hasil tangkapan pikiran dan roh untuk memperkaya hidup diantara sesama manusia.
Masyarakat Indonesia, kata Eddie lagi, representasi bangsa yang kaya karena memiliki banyak budaya dengan berbagai keberkahan. Keragaman budaya ini kemudian dimaknai sebagai identitas kolektif.
“Wujud Indonesia satu ini kemudian semakin dipertegas melalui ikrar ‘Sumpah Pemuda’ yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928. Maka momentum inilah yang kami jadikan sebagai tonggak berdirinya Rumah Budaya Satu-Satu (RBSS) di bawah naungan Yayasan Humaniora,” terang Eddie.
Berdirinya RBSS bertepatan dengan peringatan hari ‘Sumpah Pemuda’ ini, kata Eddie, menjadi spirit menjaga Indonesia yang multikultur. Memperkuat nasionalisme, persatuan, dan kesatuan, untuk menjadi bangsa yang kuat dan lebih beradab di dunia.