Peusaba: Jiga 4 Pulau Aceh Direbut Paksa, Konflik Seperti Rusia dan Ukraina Bisa Terjadi Di Perbatasan

Peusaba mengingatkan bahwa dalam sejarah, Belanda pertama kali menguasai Wilayah Aceh di Indrapura, kemudian Indragiri, kemudian Pariaman, dan kemudian Air Bangis, lalu selanjutnya adalah Barus.

Setelah Belanda menguasai Barus, maka dikuasai pula Singkil sampai Trumon. Seluruh Wilayah Aceh itu kemudian dirubah oleh Kafir Belanda menjadi dibawah Residen Tapanuli.

Kini sejarah kembali berulang. Hal yang sama sedang terjadi. Seluruh wilayah perbatasan Aceh sedang berusaha dialihkan ke Tapanuli atau Sumatera Utara. Jika seluruh wilayah selatan dan tenggara Aceh sudah berhasil di caplok, maka target selanjutnya adalah ibukota Aceh, yang akan diserang baik secara fisik atau serangan Militer terpusat.

Peusaba mengingatkan, Konflik Perang yang menimpa Ukraina dan Rusia bisa saja terjadi di Aceh, jika Pemerintah Pusat tidak menghormati Kedaulatan Aceh.

Seharusnya Pemerintah Pusat benar-benar berdamai dengan Bangsa Aceh, dan mengembalikan Kawasan Barus dan Air Bangis serta Deli ke dalam Wilayah Aceh, sesuai yang dijanjikan dalam MoU Helsinki, barulah perdamaian yang real tercapai.

Peusaba mengingatkan, Pemerintah Indonesia harus belajar dari kejadian Rusia dan Ukraina.
Pemerintah Indonesia harus ingat, bahwa Bangsa Aceh adalah saudara Bangsa Turki. Jangan paksa kami menunjukkan kekerasan kami karena kami cinta damai. “Karena itu kami mengultimatum Pemerintah Pusat, kembalikan 4 Pulau milik Aceh yang dirampas, atau kalian akan tahu apa yang akan menimpa kalian!” kata ketua Peusaba berang.

Yang Mawardi sayangkan, Dirjen Administarsi Wilayah Kemendagri adalah Safrizal, yang tak lain putra Aceh.

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com