“Namun dari hasil penyelidikan dan penyidikan kami, rencananya mereka akan mengirim ke luar pulau, yaitu kalau tidak salah itu di Kalimantan Timur, Samarinda,” tambahnya Kasubdit 4 Tipidter Polda Jatim.
AKBP Windy Syafutra juga menjelaskan, proses re-packing pupuk bersubsidi menjadi Non subsidi ini berhasil digagalkan, sehingga dilokasi masih banyak timbunan barang bukti, baik barang bukti yang masih asli belum di sulap maupun barang bukti yang sudah di sulap dengan kemasan pupuk Non subsidi dan sudah di Police line.
“Untuk TKP yang di Desa Paciran ini totalnya pupuk subsidi yang masih berbentuk kemasan asli sebanyak 90 ton, atau 1800 kantong kemasan 50 kg. Sedangkan kemasan yang sudah berubah atau sudah di re-packing sebanyak 50 ton, total yang sudah diamankan sebanyak 140 ton atau 2800 kantong,” tandasnya.
“Kalau kita menghitung kerugian negara, kami total dari barang bukti yang berhasil kami amankan sekitar 600 juta rupiah. Itu hanya untuk yang ada di Desa Paciran tersebut. Karena ini memang giat secara keseluruhan ada juga masih di beberapa yang proses penyidikannya ditangani oleh penyidik di masing-masing Polres,” pungkasnya.
Perlu di ketahui, pelaku menggunakan pupuk bersubsidi dengan merek Phonska, dan disulap menjadi pupuk Non subsidi dengan merek Kebomas.
Saat ini petugas kepolisian terus melakukan pengembangan dan pemeriksaan terhadap saksi saksi yang terlibat atau penanggung jawab dalam sulap menyulap pupuk bersubsidi menjadi Non subsidi ini.
Menurut Charli salah satu pegawai asal Majalengka saat ditanya perihal pengoplosan pupuk tersebut mengaku tidak tau menau jika yang dilakukannya itu melanggar hukum, ia hanya mengaku bekerja sesuai perintah saja.