Masih di tempat yang sama, pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim menuturkan bahwa pesantren ini dirintis pada tahun 2002 diatas lahan seluas 1 hektar. Barulah pada 2006 berdiri pesantren yang sekarang menjadi MBI.
“Awal berdiri sekolah di bawah terop bahkan menyewa rumah penduduk untuk kelas sekaligus pemondokan santri. Santri generasi pertama hanya berjumlah 48 orang, dimana 11 diantaranya berasal dari Banyuwangi dan 8 diantaranya lulus dapat beasiswa 3 di kedokteran Unair dan 1 di UGM,” kenangnya.
Sejak awal, Kiai Asep memang bercita-cita mendirikan Madrasah Bertaraf Internasional. Karena itu faktor utama sebagai penunjang adalah mencari guru yang terbaik dan memiliki manajemen yang kompetitif.
Sedangkan output atau lulusan santri yang diharapkan, lanjut Kiai Asep adalah menjadi pribadi yang berilmu dan bertanggungjawab, menjadi ulama kaliber internasional, menjadi konglomerat yang dermawan dan menjadi profesional, karena prinsip yang diterapkan adalah santri dinyatakan keluar (lulus) itu sampai diterima di perguruan tinggi yang diinginkan.
“Sejak 2006 hingga 2011 sudah bisa menjadi sekolah favorit, 2018 meraiah penghargaan tutoring, 2019 meraih Ponpes Modern Inspiratif nomor 1, 2020 meraih penghargaan excellent dan 2021 the most creatif. Alhamdulillah lulusan Amanatul Ummah juga sudah ribuan yang berhasil masuk perguruan tinggi favorit baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ungkapnya.
Ditambahkan, selama pandemi Covid-19 pihaknya juga belum pernah melaksanakan pembelajaran daring karena para santri diajari kebiasaan menjaga kesehatan yang diajarkan rasulullah dan ulama-ulama terkemuka. “Kita anjurkan santri setiap hari berkumur dengan air garam, memakan kurma, madu, hhabbatus syauda dan air zam-zam. Tapi kita juga ikuti anjuran pemerintah dengan melakukan vaksinasi kepada seluruh santri bahkan masyarakat sekitar pondok,” jelas Kiai Asep.