Tasikmalaya, transnews.co.id- Ruang lingkup pariwisata sesungguhnya sangat luas, tergantung mind set dan persepsi umum dalam mendeskripsikan konsep dasar wisata itu sendiri.
Di mata Prawita GENPPARI, konsep pengembangan kepariwisataan harus berbasis kreativitas untuk menghasilkan produk unggulan. Sesuatu yang seperti bukan wisata, harus dikemas menjadi produk kreatif kepariwisataan.
Wisata jangan lagi dipandang sebagai kegiatan konsumtif yang hanya “membuang uang” karena saat formula pemodelannya dikemas lebih kreatif justeru akan semakin produktif untuk memberikan “value” sebagaimana dinamika terobosan terobosan inovatif yang selalu dikembangkan GENPARI dalam memajukan pariwisata Indonesia “, ujar Dede Farhan Aulawi selaku Ketua Umum Prawita GENPPARI saat dihubungi Transnews melalui sambungan selulernya di Tasikmalaya, Sabtu (20/6/2020).
Termasuk ketika Tim Prawita GENPPARI Jakarta meninjau dan berdialog langsung dengan para pengrajin ulat sutera di Desa Cipondok Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya.
Dari dialog tersebut ada banyak informasi yang bisa dirumuskan untuk mereformulasi permasalahan serta upaya untuk mengatasinya. Apalagi ketika melihat semangat yang ditunjukan oleh Kepala Desa beserta para pengrajin yang secara sungguh – sungguh ingin mengembalikan kejayaan yang pernah diraih sebelumnya.
Mungkin banyak orang yang belum tahu tentang budidaya ulat sutera yang mampu menghasilkan bahan dasar untuk membuat kain sutera. Terlebih ketika mendengar kata “ulat”, mungkin sebagian orang merasa takut atau geli.