“Disamping sebagai hiburan, pagelaran tersebut juga sekaligus memperkuat eksistensi topeng blantek, rebana biang, dan silat Beksi sebagai karya budaya yang telah secara resmi ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia di bawah pengawasan UNESCO,” terang Nasir Mupid.
Menurut Nasir, tokoh Jantuk dan Bodor serta keberadaan sundung dan obor menjadi daya pikat tersendiri bagi para penonton mancanegara itu. Ditambah lagi dengan parade jurus silat Beksi dan tabuhan rebana biang serta bacaan sholawat yang membuat hadirin terpukau dan antusias menonton.
“Klimaks inti dari tiap adegan yang dimainkan adalah ketika kekolotan dan keras kepalanya Si Jantuk terhadap pemikiran dalam berkesenian. Sehingga membuatnya semakin tertinggal dan tenggelam karena kurangnya pemanfaatan teknologi dalam hal ini media. Padahal, unsur-unsur itu merupakan bagian dari budaya yang hakikatnya adalah dinamis. Maka diharapkan sebagai generasi muda mampu menjaga kearifan budaya bangsa melalui keanekaragaman media dan teknologi,” harap Nasir Mupid menutup obrolannya.***(miel)