Di samping itu, Menteri Basuki pun mengingatkan kontraktor untuk berhati-hati dalam membangun Jalan Trans Papua agar tidak merusak saat melintasi hutan lindung. Sejumlah ruas jalan tersebut melewati wilayah Taman Nasional Lorentz yang luasnya 2,5 juta hektare serta membentang dari Kabupaten Jayawijaya, Mimika, Asmat, Yakuhimo, dan Puncak Jaya.
Taman Nasional Lorentz ini memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna asli Papua maupun budaya setempat. Termasuk menjadi pusat pengembangan ekowisata. Sejumlah area pertambangan besar dan deposit mineral juga berada di perut bumi Taman Nasional tersebut, UNESCO sudah menetapkan TN Lorenz sebagai warisan dunia sejak 1999.
Tantangan lainnya, konstruksi Jalan Trans Papua harus berhadapan dengan kondisi topografi yang ekstrem serta akses pengiriman logistik yang minim. Menteri PUPR menilai, kondisi demikian membuat ongkos pengiriman alat konstruksi proyek Jalan Trans Papua melambung.
“Membawa alat berat ke lokasi proyek bahkan bisa lebih mahal dari harga alat beratnya sendiri. Kalau excavator harganya Rp1,3 miliar, biaya mengangkat ke lokasi bisa sampai Rp3 miliar karena dipreteli (harus diangkut) dengan helikopter,” tukas Menteri Basuki.
Kementerian PUPR berharap, pada 2024 seluruh koridor jalan di Papua Barat dan Papua sudah teraspal seluruhnya. Termasuk di dalamnya sarana pendukung seperti jembatan dan saluran drainase.
Komitmen pemerintah pada tahun anggaran 2021 ini, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur Papua dan Papua Barat hingga Rp9,79 triliun.