“Hal inilah yang dicontohkan para pendiri bangsa kita ketika pertama kali membangun rumah kebangsaan Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928,” ujar tokoh pemuda yang pernah menerima penghargaan “Anak Bangsa Berkepribadian Pembangunan 2013” dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ini.
Peringatan ‘Hari Sumpah Pemuda 1928 – 2019’ ini, terang Eddie, sekaligus menandai hari lahirnya Rumah Budaya Satu-satu (RBSS) yang dideklarasikan para seniman, budayawan, tokoh adat, tokoh masyarakat, pejabat, birokrat, dan pemerhati masalah sosial budaya, sejak 28 Oktober 2017 lalu.
“Sumpah Pemuda menjadi momentum dan spirit bagi Rumah Budaya Satu-Satu (RBSS), untuk menjaga Indonesia yang multikultural. Memperkuat nasionalisme, persatuan, dan kesatuan, serta menjadi bangsa kuat dan lebih beradab di dunia,” ujar penulis buku Drama Wayang (Drayang) Swargaloka Opera Terbaik Dunia (2019) ini.
Rumah Budaya Satu-Satu (RBSS) menjadi wadah yang mengajarkan kepada anak-anak muda concern terhadap masalah kemanusiaan sejak dini. Mempelajari etnologi; pengetahuan terkait dengan berbagai suku bangsa; aspek kebudayaannya, serta hubungan antar bangsa.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi tumbuh kembangnya kepribadian anak-anak Indonesia ke arah yang lebih positif dan kreatif. “Anak-anak dan para remaja ini kami siapkan menjadi pandu budaya. Menjadi pribadi yang menguatkan; berjiwa kesatria, berani, cinta lingkungan hidup, dan suka menolong sesama makhluk. Belajar menjadi manusia seutuhnya; memanusiakan manusia,” ujar Ketua Umum Humaniora Foundation ini menutup.*** (pege)