Bali – Kementerian Pertanian sedang mencetak petani-petani muda atau milenial. Anak-anak muda inilah yang diharapkan mampu melaksanakan pertanian modern yang merupakan kunci peningkatan produktifitas.
Dalam beberapa kesempatan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan petani-petani muda harus bisa mengambil peran dalam pengembangkan pertanian.
“Harapannya melalui petani-petani milenial itu akan muncul inovasi-inovasi lain yang mendorong pertanian modern. Sehingga swasembada pangan di negara kita nantinya benar-benar terwujud. Karena target kita dalam waktu 15 tahun ke depan, produktivitas pertanian meningkat dua kali lipat dari saat ini yang sebesar 5,1 ton per hektar per tahun,” katanya.
Salah satu petani milenial yang sukses saat ini adalah Agung Wedhatama, petani muda asal Desa Gobleg, Kabupaten Buleleng, Bali. Dia dikenal dengan pertanian organik yang disebutnya dengan smart farming.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi yang berkesempatan bertemu Agung Wedha mengaku surprise dengan pencapaian petani-petani milenial terutama di Bali.
“Petani milenial ini benar-benar keren. Pencapaiannya di luar ekspektasi saya. Bagaimana mereka sudah melaksanakan inovasi teknologi. Bahkan bisa transfer dan implementasikan teknologi ke stakeholder lain. Bukan hanya untuk P4S tetapi juga ke tempat lain,” katanya.
Agung Wedha membentuk komunitas kecil Petani Muda Keren (PMK) di Desa Goblek, Buleleng. Mereka fokus pada komoditas hortikultura sayuran yang terintergrasi dengan pertanian yang menerapkan smart farm.