“Ketika masyarakat menjadi bagian dari penggerak mata rantai ekonomi, maka iklim ramah investasi bagi pihak manapun yang ditawarkan pemerintah Aceh saat ini akan efisien. Selanjutnya, tinggal mengajak pengusaha-pengusaha tersebut untuk kemudian bergiat di Aceh,” ujarnya.
Pemerintah Aceh, tambah dia, juga harus berbenah dengan menyiapkan perangkat aturan, perlindungan dan informasi data-data potensi ekonomi yang bisa diakses oleh pihak-pihak yang ingin berinvestasi di Aceh.
“Misalnya dengan menampilkan/menayangkan peta ekonomi Aceh di setiap kabupaten/kota di Aceh dan dapat diakses secara online melalui aplikasi peta digital ekonimi,” katanya.
Dengan begitu, tambahnya, akses informasi yang ingin diketahui oleh orang dari luar Aceh akan mudah dan aplikasi peta digital tersebut menjadi pintu awal kebangkitan ekonomi Aceh nantinya.
Selain itu, master lulusan Universitas Leiden itu juga berharap pemerintah Aceh mampu mensinergikan kebijakan pemerintah pada dunia usaha dengan teknologi informasi serta mengajak kaum muda untuk memberikan kontribusi. Sebab, kaum muda adalah generasi yang melek teknologi dan peka pada peluang.
“Orang muda Aceh juga harus mengubah mindset bahwa lapangan kerja bukanlah hanya menjadi PNS, dan yang disebut pengusaha bukan hanya terbatas sebagai penyedia jasa konstruksi,” jelasnya.
Terakhir, Reza menjelaskan bahwa,
hingga kini masih banyak sektor potensial di Aceh yang belum mampu dimanfaatkan secara maksimal, misalnya, kata dia, seperti sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.