Dengan keunggulan ini, gula lontar menjadi alternatif pemanis yang lebih sehat bagi masyarakat.
“Ketertarikan saya terhadap pohon lontar yang melimpah di kampung halaman mendorong kami untuk mengeksplorasi berbagai peluang pemanfaatannya,”
“Secara umum, nira buah lontar biasanya difermentasi menjadi minuman dengan sedikit kadar alkohol. Namun, setelah kami pelajari lebih dalam, ternyata nira ini dapat langsung diolah menjadi gula yang lebih sehat dan bernutrisi,”
“Dari sinilah kami mulai mengembangkan inovasi pemanis alami berbasis nira lontar, yang tidak hanya menawarkan alternatif lebih sehat, tetapi juga memaksimalkan potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan,” ujar Darma.
Bekerja sama dengan masyarakat lokal sebagai pemanen dan pengolah nira lontar, Darma dan timnya, yang tergabung dalam Tim Sambhu, mampu memproduksi sekitar 5 hingga 6 kg gula lontar dalam setiap proses produksi.
Proses produksi gula lontar dimulai dengan pemanenan sari nira dari tunas buah lontar, yang dalam sekali panen menghasilkan dua jerigen berkapasitas 10 liter.
Setelah disaring untuk memisahkan kotoran, nira dimasak hingga mengental, lalu dituangkan ke dalam cetakan batok kelapa dan didiamkan sehari hingga mengeras. Untuk menghasilkan gula lontar bubuk, gula padat ini cukup ditumbuk dan diayak.
“Proses ini sangat sederhana dan tetap mempertahankan kandungan nutrisi alami dalam gula lontar,”
“Selain itu, metode ini juga minim bahan bakar, sehingga lebih ramah lingkungan,” ujar Darma.
Selain lebih sehat, proses produksi gula lontar yang sederhana membuatnya mudah diproduksi tanpa pengawet kimia.