Rektor menegaskan, kemuliaan perguruan tinggi tidak diukur dari seberapa banyak jumlah guru besar yang dimiliki. Tapi justru ketika para Guru Besar mengajar sendiri kelasnya tanpa diasistenkan. “Mari bersama-sama saya dan kita semua, kita besarkan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan mengajar langsung di kelas,” tegas Prof. Muzakki.
Rektor juga menegaskan, bahwa menjadi Guru Besar bukan akhir perjalanan. Namun awal dari perjalanan akademik untuk menjadi akademisi yang bereputasi. Khususnya pada bidang publikasi karya ilmiah. “Tanggung jawab ini penting untuk kita tunaikan bersama-sama,” imbuh Prof. Muzakki.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Drs. H. Nur Kholis, M.Ed.Admin, Ph.D., menyampaikan orasi ilmiah berjudul ‘Manajemen Universitas Model Perusahaan: Sebuah Refleksi Bagi Perguruan Tinggi Islam.’ Dilanjutkan orasi kedua, Prof. Dr. phil. Kamal Yusuf, SS., M.Hum., yang menyampaikan terkait ‘Potret Moderasi Beragama Dalam Lanskap Linguistik di Pesantren.’ Prof. Dr. H. Agus Aditoni, M.Ag., menyampaikan orasi ilmiah, ‘Menggagas Teologi Pembebasan (Dari Teosentris Menuju Antroposentris).
Orasi Keempat, Prof. Dr. Nurlailatul Musyafaah, Lc., M.Ag., mengenai ‘Pendampingan Sertifikasi Halal Bagi Pelaku Usaha Mikro Dan Kecil Perspektif Hukum Islam.’ Orasi Kelima oleh Prof. Dr. H. Acmad Zaini, MA., berjudul ‘Menuju Kebangkitan Islam Jilid II: Gagasan Modernisasi Pendidikan Prof. K.H. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D dan Implementasinya Melalui Pendirian Pondok Pesantren Nawasea.
Dilanjutkan Orasi Keenam oleh Prof. Dr. Mukhammad Zamzami, Lc., M.Fil.I., mengenai ‘Studi Islam” Mazhab Surabaya” Analisis Terhadap Kontribusi Akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya 2004-2019.’ Orasi Ketujuh bersama Prof. Dr. H. Mohammad Kurjum, M.Ag., bertajuk ‘Multimodality In Learning Islamic Education.’ Dan Orasi Kedelapan dari Prof. Dr. Sri Warjiyati, MH., mengenai ‘Nilai Kearifan Lokal, Penormaan dan Perwujudan Dalam rangka Sumbangsih Pembuatan Perda.