Ke depan, prosedur ini juga akan diterapkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Burno, jelas Suhari. Sekolah desa kali ini mengambil tempat di balai Desa Burno dan diikuti oleh 20 peserta yang merupakan petani, peternak, pemuda desa dan perangkat desa setempat. Sekolah Desa 4.0. Desa Burno dinamakan Nararya Kirana, sesuai nama tokoh legendaris asal Lumajang.
Adanya Sekolah Desa 4.0. Nararya Kirana di Desa Burno disambut gembira oleh Sampurno, kepala desa setempat.
Menurutnya Desa Burno memiliki banyak potensi wisata alam karena posisinya terletak di kaki dua gunung, Semeru dan Bromo. Warga kami juga membudidayakan beragam tanaman seperti kopi dan pisang Kirana yang merupakan pisang khas Lumajang.
Sementara untuk bidang peternakan ada ternak sapi perah dan kambing ettawa jenis Senduro. Kesemua potensi tadi kami harapkan menjadi magnet penarik bagi wisatawan,” tutur Sampurno.
Sampurno menambahkan dengan adanya pelatihan K3 bagi warga, maka diharapkan wisatawan yang akan datang tidak ragu dan kerasan berada di Desa Burno mengingat lokasi wisata pertanian dan peternakan yang ada sudah sehat, higienis, aman, dan nyaman.
Kami berencana membuat wisata edukasi semisal mengajak wisatawan memanen pisang Kirana, memerah susu sapi hingga memberi makan kambing ettawa, selain tentunya menikmati keindahan alam Desa Burno. Jika lokasi wisata pertanian dan peternakan tadi sehat, higienis, aman, dan nyaman maka wisatawan akan terus datang,” imbuh Kepala Desa Burno itu.
Sementara itu Anggia Astuti, Ketua kegiatan Sekolah Desa 4.0. Nararya Kirana Desa Burno, menyampaikan, kegiatan sekolah desa diadakan rutin tiap hari Kamis selama dua bulan ke depan, dan tidak menutup kemungkinan bakal diperpanjang.