“Selain itu dapat juga digunakan untuk pencarian dan pertolongan maupun kondisi darurat yang dapat digunakan oleh Badan SAR Nasional (BASARNAS),” ungkapnya.
Pengembangan teknologi ini diharapkan bisa membantu upaya pengawasan dan pemantauan titik api langsung dari lapangan sehingga dampak kebakaran dan lahan bisa dikurangi. Ancaman ini begitu nyata karena kerugian yang dihasilkan, data dari SiPongi (Karhutla Monitoring System), pada tahun 2019, tak kurang dari 317.749 hektar area di Kalimantan Tengah habis terbakar. Bisa dibayangkan asap yang membumbung ke udara, penyakit yang diderita, hingga habitat yang kian rusak.
Saat ini, Liverpool John Moores University (LJMU), CIMTROP-UPR dan BNF Indonesia melakukan penelitian yang sedang berlangsung terhadap penggunaan drone thermal untuk melakukan pemantauan dan mitigasi kebakaran gambut, yaitu “Experiment Automated Detection and Monitoring of Peat Fire with Thermal Infrared Sensor Under Drone”.
Penelitian saat ini telah sampai pada penyempurnaan permodelan dalam pendeteksian kebakaran dengan menggunakan sistem VTOL Thermal. Pengembangan sistem VTOL Thermal dan perakitan perangkatnya juga dikonsultasikan dengan PT. Nusa Multi Teknika.