“Nah, hari ini banyak yang guyon kalau penjajah masih jauh sehingga kita lupa terhadap semangat yang menyatukan kita dulu. Bahwa sebenarnya kebersamaan itulah yang membuat negara ini hadir dan eksis,” imbuhnya.
Selain itu, Emil mengatakan bahwa perkembangan teknologi dan sosial media juga membawa tantangan tersendiri. Sebab, terlepas dari mudahnya akses informasi, banyaknya berita bohong dan menyesatkan juga berdampak pada kerukunan dan ketenangan bermasyarakat.
“Di tengah media sosial yang semakin bebas, banyak sekali informasi yang judul kadang-kadang nggak mencerminkan isinya. Ini semakin memperuncing potensi konflik yang terjadi pada masyarakat,” ucapnya.
“Kalau orang terlalu cepat menyimpulkan, bisa bahaya sekali. Maka salah satu resiko kita adalah menjadi bangsa yang bersumbu pendek. Yang artinya kita bisa terlalu cepat marah, terlalu cepat tersinggung, dan terlalu cepat menyimpulkan,” lanjut Emil.
Maka dari itu, Emil menyebut momentum Silaturahmi Anak Bangsa ini dapat menjadi ajang untuk lebih mengedukasi diri terhadap perbedaan di sekitar. Tak hanya itu, ia berharap agar acara ini juga dapat menjadi jembatan antar elemen masyarakat untuk bersatu kembali.
“Kami ada untuk mengusahakan tatanan masyarakat yang lebih baik. Mudah-mudahan keberadaan dukungan dari seluruh pihak bisa memperkuat komitmen kita untuk bersatu, untuk berdikari, untuk kreatif berkarya dan berkreasi, serta saling berbagi,” harapnya. (hd)