“Kalau di total, penanggulangan dilakukan sekitar 100 km. Menanggul 100 km merupakan proyek yang sangat besar,” tuturnya.
Menurutnya, penanganan banjir di Kali Lamong harus dilakukan secara bertahap. Pada prinsipnya, menangani sungai dimulai dari hilir hingga hulu. Dengan kata lain, sebut Emil, dimulai dari titik-titik yang paling urgent.
“Berdasarkan pemetaan yang paling darurat, dimulai dari Desa Jono, Kecamatan Cerme, berlanjut ke Desa Tambakberas, kemudian ke Desa Morowudi,” jelasnya.
Sementara terkait wacana pompa yang disarankan Bupati Gresik dengan menggunakan pengaturan air, Emil menjelaskan, bahwa di beberapa daerah memiliki perbedaan karakter banjirnya. Wagub Emil mencontohkan di Kab. Batu. Kondisi di wilayah tersebut dinilai karena sedimentasi atau hutan yang gundul. Lalu di Kota Surabaya karena tampungan drainasenya meluap melebihi kapasitas.
“Sementara di Kab. Gresik berbeda, karena sungai tidak mampu menampung debit air yang ada. Namun, pemerintah pusat sedang melaksanakan tugas untuk mengatasi tanggul. Memang semua ini masih proses,” jelas Wagub Emil.
Emil menambahkan, bahwa saat ini, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) juga akan membantu persoalan yang sedang dialami Kab. Gresik.
“Mereka akan mendatangkan alat berat untuk membantu sekaligus menguatkan tanggul yang jebol,” tandasnya.
Selain normalisasi sungai dan memperkuat tanggul, BPBD Jatim sudah melakukan penanganan lain diantaranya membuka posko kesehatan di setiap puskesmas dan puskesmas pembantu wilayah kecamatan yang terdampak banjir. Disamping itu juga melakukan evakuasi warga di wilayah terdampak banjir, dan membuka dapur umum serta pemberian bantuan paket sembako dan makanan siap saji.